GledekNews-Lotim. Dalam upaya menghentikan penularan Covid-19, maka pemerintah mengeluarkan maklumat atau kebijakan untuk membatasi intraksi sosial yang sifatnya melibatkan banyak orang.
Tindak lanjut dari kebijakan pembatasan tersebut yang akrab dikenal dengan sebutan social distancing¸ maka semua aktivitas yang melibatkan banyak orang harus dihindari untuk meminimalisir penularan Covid-19.
Upaya pemerintah untuk mengantisifasi meluasnya penularan Covid-19, juga diwujudkan dengan adanya kebijakan proses belajar mengajar tidak dilakukan secara langsung di kelas dan harus dilakukan di rumah dengan menggunakan fasilitas online (internet).
Karena proses belajar dan perkuliahan dilaksanakan secara online, maka akan mengurangi biaya yang dikeluarkan oleh sekolah atau kampus, sehingga dengan alasan itulah kemudian Mahasiswa Universitas Gunung Rinjani (UGR) heboh di media sosial menuntut konpensasi pemangkasan SPP dan konpensasi hasil pembelajararan melalui via Facebook dan Whatsapp yang diterapkan oleh UGR.
Ketika mahasiwa berbagai respon dengan salah satu postingan di akun Jundi Arzaki dan Kabinet Kompas Rinjani, dengan foto Cotton Bud yang menilai bahwa rektorat UGR dinilai tidak koperatif karena sama sekali mengabaikan aspirasi dan tuntutan Mahasiswa yang menuntut supaya UGR mempunyai kebijakan untuk memberikan keringanan atau konpensasi pembayaran SPP atas diberlakukannya perkuliahan jarak jauh
Salah satu komentar Mahasiswa UGR yang heboh di facebook yang menyatakan “Pakai Linggis saja biar dideger” mengundang komentar dari Wakil Rektor 3 UGR yang menyatakan “koment-koment seperti itu adalah bentuk dari ketidak sopanan.03/05/2020.
Menanggapi pernyataan Wakil Rektor 3 UGR tersebut mengundang aktivis mahasiswa yaitu Rohman Rofiki Mantan Ketua LMND LOTIM dan juga Pernah menjabat menjadi ketua LMND komisariat UGR menyatakan “ini sah-sah saja, ini adalah kritikan mileneal”.
Lebih lanjut Rohman Rofiki menyatakan “bahwa wajar saja mahasiswa geram dengan keadaan ini, karena keresahan Mahasiswa sudah tidak mampu di bendung terhadap sistem pendidikan dengan kuliah daring ini yang dinilai tidak efektif dan tidak efisien”
Rohman Rofiki juga menyatakan, bahwa hal ini terjadi karena ketidaksiapan stake holder Perguruan Tinggi adalah awal kerancuan ini, baik dalam pemahaman teknologi yang masih rendah, bahkan sebagian dosen dan mahasiswa masih belum bisa mengakses sistem tersebut sampai sekarang”
Keterbatasan sarana dan prasarana, sistem ini juga dinilai memaksa dan membebankan mahasiswa dalam proses pendidikan, dimana seperti yang kita ketahui perekonomian di Lombok Timur rata-rata menengah kebawah dan selain itu tidak adanya sinyal yang maksimal di beberapa daerah asal mahasiswa UGR di Lombok Timur salah satunya Aik Seleong, Desa Timbanuh dan sekitarnya menjadi salah satu kendala dalam proses ini kita melaksanakan perkuliahan jarak jauh. Ungkap Rohman Rofiki.
Orang tua yang mempunyai hak mutlak terhadap pendidikan anaknya, pasti akan melanggar surat edaran dari pemerintah yang menyarankan diam di rumah, karena pengeluaran khusnya di sektor pendidikan masih terus berjalan, sehingga kita berharap pihak Kampus dan Pemerintah Lombok Timur agar memperhatikan sektor pendidikan, dengan menegeluarkan kebijakan yang meringankan mahasiwa dengan memberi konpensasi Pemangkasan Biaya dan Memberi Konpensasi hasil pebelajaran atau Nilai. Ujar Rohman Rofiki.
Atas adanya tuntutan dari sekelompok Mahasiswa UGR yang menuntut agar diberikan konpensasi pemotongan atau keringanan pembayaran SPP ditanggapi oleh Wakil Rektor 1, Muh. Saleh, S.Ip,MH. “Bahwa permintaan atau tuntutan Mahasiswa tersebut tidak rasional, karena uang SPP di UGR paling murah jika dibandingkan dengan uang SPP di universitas yang lain, bahkan Unram saja SPPnya antara 2 – 3 juta.
Muh. Saleh juga menyatakan, jika proses perkuliahan dengan jarak jauh dinilai lebih memberatkan mahasiswa saya rasa keliru, karena biaya kuliah ke kampus jauh lebih besar dibanding dengan biaya menjalani kuliah dari rumah, namun walau demikian jika mahasiswa menilai biaya kuliah jarak jauh memberatkan mereka, maka sebaiknya Mahasiswa datang ke kampus supaya bisa akses internet gratis secara puas, supaya tidak menambah beban mereka lagi. Ujar M. Saleh.
Sebenarnya tuntutan Mahasiswa tersebut juga sudah dirapatkan di rektorat, namun dalam rapat rektorat, bahwa tuntutan mahasiswa tersebt dinilai tidak rasional. Ujar Saleh mengakhiri komentarnya. (WG-01)