GledekNews-Bima. Lembaga Bina Damai Resolusi Agama (LEMBIDARA) menggelar kegiatan Fokus Grup Diskusi (FGD) di Bima, Jumat (16|4). Diman tema diskusi menolak labelisasi terioris dan tindakan radikalisme atas nama agama di Kabupaten Bima.
Hadir dalam kegiatan itu dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Bima, Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Forum Umat Islam (FUI), Pengurus Cabang (PC) Nahdlatul Ulama (NU), Laskar Jamaah Ansarut Daulah (JAD), perwakilan Kemenag serta sejumlah tokoh agama dan masyarakat.
Ketua Lembidara Bima, H.Eka Iskandar Zulkarnaen menegaskan, kegiatan ini dilakukan karena adanya issue Radikalisme pasca ledakan bom bunuh diri di Gereja Katedral, Makassar yang sangat meresahkan.
Apalagi dengan telah terbentuk opini di sebagian masyarakat bahwa kaum radikal ini telah menunjukkan eksistensinya, terutama di Bima.
“Persepsi ini yang ingin diluruskan oleh para tokoh, ulama lintas elemen di Bima dalam FGD itu, karena radikalisme di Bima muncul akibat gerakan kelompok tertentu yang mengatas namakan Islam,” tegasnya.
Oleh karena itu, lanjutnya dengan adanya kegiatan ini tentunya kita berharap dapat memberikan edukasi, pencerahan kepada masyarakat Bima soal gerakan dan prinsip radikalisme yang merugikan semua pihak.
“Radikalisme ini harus jadi musuh kita bersama, maka itu diskusi para tokoh untuk membahas ini harus terus dilakukan,” cetus Eka Iskandar.
Sementara Ketua Forum Umat Islam (FUI) Bima, Ustad Asikin mengatakan masyarakat Bima tidak setuju jika radikalisme membawa nama agama islam, begitu juga mengenai Bima selalu dilabeli sarang teroris tentunya harus dicounter bersama-sama.
“Harus kita counter bersama-sama mengenai masalah radikalisme dan terorisme itu, karena itu merupakan musuh bersama,” tegasnya.
Kemudian para tokoh menggelar deklarasi mengecam aksi teror yang dilakukan kelompok tertentu yang tujuannya ingin memecah belah NKRI dan penduduk antar umat beragama di Indonesia.
Selain itu para tokoh dan pimpinan ormas di Bima juga menolak munculnya opini negatif tentang Bima sebagai sarang gerakan terorisme. Serta menolak pelabelan bahwa Islam adalah agama garis keras.(Red)